Renungan Hari Harimau Sedunia 2025: Pesan dari Jawa untuk Harimau Sumatera
Oleh: Dr. Danang Anggoro
Direktur Geopix
Yogyakarta, 28 Juli 2025. Di hari harimau sedunia ini, kita diingatkan kembali betapa anggun dan agungnya makhluk Tuhan yang bernama Harimau. Tetapi dibalik itu semua ada kepiluan dalam hubungan yang purba antara manusia dengan satwa liar kharismatik ini, yaitu pesan tentang sejarah kehilangan dan kepunahan yang belum usai dan harus dituturkan dari tanah yang kini telah kehilangan auman Sang Raja Rimba: Pulau Jawa.
Secara resmi IUCN menyatakan kepunahan Harimau Jawa sejak tahun 1980-an. Namun bagi masyarakat Jawa, harimau tidak pernah benar-benar lenyap. Raja rimba ini hidup dalam ingatan kolektif: dalam tarian tradisional, dalam jurus-jurus pencak silat, dalam kisah mistik dan simbol-simbol klenik yang diwariskan turun temurun. Sosok harimau masih dihormati, masih ditakuti, dan masih diyakini sebagai penjaga dan pelindung alam yang gaib. Harimau Jawa hanyalah bayangan, tidak pernah lagi kelihatan, hanya tinggal sebagai kenangan yang terjaga dalam budaya.
Sungguh ini adalah kenyataan yang pahit. Jangan sampai Sumatera mengulang cerita pahit ini. Harimau Sumatera, saudara Harimau Jawa terakhir yang masih tersisa di Indonesia, sedang di ujung tanduk. Saat ini ia masih hidup, dengan data resmi IUCN tahun 2008 kurang dari 600 individu, menempatkan Raja Rimba ini sebagai spesies yang critically endangered atau punah secara kritis.
Sampai dengan saat ini, tahun 2025, ancaman datang dari berbagai arah. Satu demi satu mereka mati berguguran, kelaparan atau dibantai. Jerat-jerat mematikan yang dipasang manusia mengintai setiap langkahnya, merenggut nyawa satwa anggun ini tanpa ampun. Penggundulan hutan dan alih fungsi menjadi perkebunan dan tanaman industri seperti sawit, akasia dan karet, perambahan dan perburuan untuk komoditas sawit , makin mempersempit ruang hidup mereka, memaksa mereka keluar dari habitatnya sehingga konflik dengan manusia tak terhindarkan. Kalau siklus kepunahan ini tidak segera kita putus, maka cepat atau lambat, Keberadaan Harimau Sumatera bakal lenyap seperti saudaranya Harimau Jawa.
Geopix merasa perlu mengangkat pesan dari Jawa ini untuk renungan bersama. Tidak hanya nostalgia, kehilangan itu bisa niscaya, maka jangan sampai terlambat. Budaya saja tidak cukup untuk menjaga keberadaan harimau. Ia membutuhkan perlindungan nyata, kebijakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan yang tegas, edukasi yang menyentuh, membumi untuk menciptakan kesadaran dan kepedulian kolektif dari masyarakat luas di Indonesia.
Harimau Sumatera bukan hanya bagian dalam ekosistem hutan tropis kita, tetapi juga adalah identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Filosofi bangsa yang mengajarkan keseimbangan antara manusia dan makhluk lain, kita punya warisan nilai-nilai luhur yang menghormati Ibu Bumi dan seluruh isinya. Saatnya untuk memberi nyawa terhadap nilai-nilai itu, bukan sekedar simbol tapi dalam aksi nyata pelestarian Harimau Sumatera.
Hari Harimau Sedunia jangan hanya seremoni belaka, tetapi ini adalah pengingat dan panggilan amanah dari Tuhan. Bahwa kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan Harimau Sumatera tetap hidup di alam liar, Pesan dari Jawa sudah jelas: ketika kita lalai, yang tersisa hanya penyesalan dan mitos. Mari kita jawab pesan ini dengan perlindungan yang nyata, agar auman harimau tetap menggema di hutan Sumatera.
Selamat Hari Harimau Sedunia!


