EnvironmentPeople

Dari Daun untuk Kehidupan: Kisah Perjuangan Petani Gambir di Pakpak Bharat

Penulis: Ramadhani

Siang itu tidak terlalu terik, saya dalam perjalanan menjelajahi  Kabupaten Pakpak Bharat  untuk berkunjung ke Dusun Rahib, Desa Mahala, Kecamatan Tinada yang berada tidak jauh dari Suaka Margasatwa Siranggas. Perjalanan ini membawa saya untuk menemui seorang petani sederhana bernama Pak Jemersis Tumanggor. Sehari-harinya, sejak tujuh hingga delapan tahun lalu, beliau beraktivitas di antara kebun, tungku perebusan, dan penjemuran. Kehidupannya bersama  keluarga bergantung pada gambir. Suatu tanaman lokal yang membawa  kisah tentang ketekunan, tantangan sekaligus harapan.

@Ramadhani/Geopix

Setiap pagi, daun-daun gambir itu dipetik,kemudian direbus yang bukan hanya sekali, melainkan berulang-ulang. Satu kali perebusan dapat menghabiskan waktu sampai dua jam. Dalam sehari, Pak Tumanggor dapat  merebus hingga empat dandang daun gambir. Asap kayu, panas tungku dan lengkung tubuh yang lelah tersandar dipenuhi keringat, adalah bagian dari rutinitas hidupnya.

Dari rebusan itu, hanya perahan yang kental memiliki nilai ekonomi. Cairan kental ini kemudian ditiriskan semalaman. Keesokan harinya, ia dengan sabar membentuknya menjadi bulatan-bulatan seukuran kepalan tangan, lalu dijemur hingga kering. Dengan demikian, antara panen daun dan produk akhir gambir kering, tertanam kerja keras yang panjang.

@Ramadhani/Geopix

 

@Ramadhani/Geopix

Namun, di balik ketekunan itu, ada kegelisahan yang tersirat dari wajahnya yang tampak keras dan tegar “Dulu sempat di harga 90 ribu sekilo, sekarang hanya 46 ribu,” keluhnya. Harga yang jatuh drastis membuat jerih payahnya terasa tak sebanding dengan tenaga dan bahan baku yang dikeluarkan.

Meski demikian, Pak Tumanggor tetap teguh. Bagi dia, gambir bukan sekadar tanaman. Ia adalah kehidupan, warisan alam, dan ikatan batin dengan tanah kelahirannya. Setiap bulatan gambir yang dihasilkan adalah simbol ketekunan, kesabaran, dan cinta seorang petani terhadap pekerjaannya.

Potensi dan Manfaat Gambir

Nilai ekonomi gambir ditentukan oleh kualitas ekstraknya, yang berasal dari daun dan cabang muda tanaman. Gambir dari Sumatera Utara memiliki kadar katekin yang relatif tinggi, sekitar 70–85%, bahkan lebih besar dibandingkan gambir Sumatera Barat. Senyawa katekin ini sangat dibutuhkan untuk berbagai industri, mulai dari farmasi, kosmetik, batik, cat, hingga penyamakan kulit dan pewarna. 

Selain digunakan untuk menyirih, gambir juga berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya untuk diare, disentri, luka bakar, dan sariawan. Dalam industri kosmetik, gambir dimanfaatkan sebagai bahan astringent dan lotion yang mampu melembutkan serta meningkatkan elastisitas dan daya kencang kulit. Bahannya yang alami membuat gambir semakin dicari seiring tren global yang beralih pada produk alami dan ramah lingkungan.

@Ramadhani/Geopix

 

@Ramadhani/Geopix

Berdasarkan Data dari Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2022, Tanaman Gambir di Sumatera Utara terkonsentrasi di Pakpak Bharat dan Dairi, dengan luas lahan lebih dari 1.600 ha dan produksi di atas 1.600 ton pada 2021. Pakpak Bharat menyumbang porsi terbesar, menjadikannya pusat produksi gambir di provinsi ini.

Selain nilai komersial, gambir juga menjadi alternatif agribisnis yang lestari. Bagi masyarakat yang hidup di sekitar atau berbatasan dengan hutan konservasi, menanam dan mengolah gambir dapat menjadi sumber ekonomi tanpa harus membuka hutan baru atau melakukan praktik merusak ekosistem. Dengan demikian, gambir bukan hanya menopang penghidupan keluarga petani, tetapi juga berperan menjaga kelestarian hutan dan mengurangi tekanan terhadap hutan. Lebih jauh lagi, keberadaan gambir memberi peluang bagi desa-desa untuk memperkuat ketahanan ekonomi lokal, mengurangi ketergantungan pada komoditas tunggal seperti karet atau sawit, serta membuka ruang bagi inovasi produk bernilai tambah yang dapat menembus pasar domestik maupun global.

Kelestarian Hutan dan Sebuah Harapan

Kisah Pak Jemersis Tumanggor di Rahib adalah potret nyata kehidupan petani di tepian hutan konservasi Suaka Margasatwa Siranggas. Di satu sisi, ia bergulat dengan kerja keras yang panjang, harga yang fluktuatif, dan akses pasar yang terbatas. Di sisi lain, ia juga memikul peran penting sebagai penjaga harmoni antara manusia, satwa dan alam secara keseluruhan. Dengan mengandalkan gambir, ia mampu menghidupi keluarga tanpa harus merambah hutan atau tanpa merusak ekosistem.

@Ramadhani/Geopix

Namun, jalan ini tidak mudah. Tantangan infrastruktur, pasar yang tidak stabil, serta perlunya  penguatan kebijakan tentang standar mutu gambir sering membuat petani seperti Pak Jemersis berada di persimpangan sulit. Meski begitu, harapan tetap ada, gambir menyimpan potensi besar sebagai komoditas ramah lingkungan yang bisa menopang ekonomi sekaligus mendukung konservasi pada lanskap Suaka Margasatwa Siranggas Kabupaten Pakpak Bharat.

@Ramadhani/Geopix

Di titik inilah, peran kita menjadi penting. Dukungan untuk memperkuat akses pasar, memperbaiki infrastruktur desa, mendorong harga yang lebih adil, hingga memberikan pelatihan pengolahan yang bernilai tambah bagi mutu gambir adalah langkah nyata yang dapat  membantu para petani gambir.  Hal tersebut menjadi sangat penting karena  pada setiap kepalan gambir yang dihasilkan Pak Jemersis dan petani-petani di Pakpak Bharat adalah simbol ketekunan, harapan, dan masa depan yang lestari bagi masyarakat dan alam di sekitarnya.

Tentang Penulis: Ramadhani adalah seorang freelance photographer di Geopix

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button